
- Shalat adalah Tiang Agama (Imaduddin)
Dalam Islam, shalat disebut sebagai tiang agama. Artinya, jika shalat ditegakkan, maka fondasi keislaman seseorang berdiri kokoh. Rasulullah SAW bersabda:
“Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang mendirikannya, maka ia telah menegakkan agama. Dan barang siapa yang meninggalkannya, maka ia telah meruntuhkan agama.” (HR. Baihaqi)
Makna: Shalat bukan sekadar kewajiban, tapi jantungnya iman. Orang yang meremehkan shalat sama saja meruntuhkan nilai-nilai Islam dalam dirinya.
- Media Komunikasi Langsung dengan Allah SWT
Shalat adalah satu-satunya ibadah yang diperintahkan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW tanpa perantara, yaitu dalam peristiwa Isra Mi’raj. Ini menunjukkan betapa tinggi dan istimewanya kedudukan shalat.
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (QS. Thaha: 14)
Makna: Dalam dunia yang penuh kesibukan, shalat menjadi momen sakral seorang hamba untuk berhubungan langsung dengan Penciptanya. Sujud adalah titik terdekat seorang hamba kepada Allah.
- Penyejuk Hati dan Sumber Ketenangan
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Dijadikan penyejuk mataku (ketenanganku) dalam shalat.” (HR. Ahmad)
Dan Allah berfirman:
“Ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Makna: Shalat adalah terapi jiwa. Ketika hati gelisah, shalat menenangkan. Ketika hidup terasa sempit, shalat membuka harapan. Ia adalah tempat kembali yang menenangkan batin.
- Membangun Disiplin dan Tanggung Jawab
Shalat diwajibkan lima kali sehari, pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Hal ini membentuk pola hidup yang disiplin dan teratur.
Makna: Seorang Muslim belajar manajemen waktu dari shalat. Ia harus tahu kapan bekerja, kapan berhenti, dan kapan bersujud. Nilai tanggung jawab dan konsistensi dibentuk dari rutinitas ini.
- Pencegah Dosa dan Perilaku Buruk
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Makna: Shalat yang benar dan khusyuk menumbuhkan rasa malu kepada Allah, sehingga seseorang akan menjaga sikap dan menjauhi perbuatan dosa. Ia menjadi penjaga moralitas pribadi dan sosial.
- Amal Pertama yang Dihisab
Di hari kiamat, amal pertama yang akan diperiksa adalah shalat. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya.” (HR. Abu Dawud)
Makna: Shalat adalah standar utama penilaian amal seseorang. Bila shalatnya baik, maka amal-amal lain ikut baik. Bila rusak, maka amal lain pun diragukan.
- Pembeda antara Muslim dan Kafir
Rasulullah SAW bersabda:
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barang siapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Makna: Shalat adalah identitas keislaman. Meninggalkan shalat secara sadar tanpa alasan syar’i dapat membawa pada kekafiran. Ini menunjukkan betapa gentingnya kedudukan shalat dalam keimanan seseorang.
- Mengajarkan Kepasrahan dan Tawakal
Saat takbiratul ihram (Allahu Akbar), seorang Muslim menyatakan bahwa Allah Maha Besar dari segala urusan. Saat sujud, ia menunjukkan kerendahan dan kepasrahan total. Dalam duduk di antara dua sujud, ia memohon ampun, rahmat, petunjuk, dan rizki.
Makna: Dari shalat, seseorang belajar berserah diri (tawakal) dan tidak sombong. Ia sadar bahwa segala urusan hidup tidak lepas dari kuasa Allah SWT.
Shalat bukan hanya rangkaian gerakan, tetapi latihan rohani, kedisiplinan waktu, penjernih hati, dan penegak akhlak. Ia membuka pintu rezeki, membangun karakter, dan menjadi cahaya di dunia dan akhirat.
“Peliharalah semua shalatmu, dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 238)